🍄Bab Pertama:
💐Sisi² Keutamaan Tilawatul Qur'an dan Para Pembawanya💐
Allah Ta'ala berfirman:
{{إن الذين يتلون كتاب الله و أقاموا الصلاة و أنفقوا مما رزقناهم سرا و علانية يرجون تجارة لن تبور (٣٢) ليوفيهم أجورهم و يزيدهم من فضله إنه غفور شكور}}
"Sesungguhnya orang² yang membaca kitabullah, dan mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian dari apa² yang kami rezkikan kepada mereka baik secara sembunyi² maupun terang²an karena mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.1)
Agar Allah menyempurnakan pahala kepada mereka dan menambahkan kepada mereka berupa keutamaan dari-Nya, sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun Lagi Maha Mensyukuri." [QS Faathir:29-30]
Dan kami telah meriwayatkan dari 'Utsman bin 'Affan رضي الله عنه, ia berkata,
Rasulullah صلى الله عليه و سلم telah bersabda,
((خيركم من تعلم القرآن و علمه))
"Sebaik² kalian adalah orang yang mempelajari al-quran dan mengajarkannya."
[Hadits diriwayatkan oleh Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al-Bukhari di dalam kitab Shahih-nya, yang merupakan kitab yang paling shahih setelah al-quran].
Dan dari Aisyah رضي الله عنها, ia berkata:
Telah bersabda Rasulullah صلى الله عليه و سلم,
((الذى يقرأ القرآن و هو ماهر به مع السفرة الكرام البررة، و الذى يقرأ القرآن و هو يتتعتع فيه و هو شاق عليه؛ له أجران))
"Orang yang membaca al-quran dalam keadaan mahir, dia bersama as-safaratul2) kiraam al-bararah3), dan yang membaca al-quran dalam keadaan terbata-bata sedangkan dia mengalami kesulitan (ketika membaca al-quran); maka dia memperoleh 2 pahala"
[Hadits diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusyairi An-Naisaburi di dalam kitab Shahih keduanya].
Dan dari Abu Musa Al-Asy'ari4) رضي الله عنه berkata:
Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda,
((مثل المؤمن يقرأ القرآن مثل الأترجة ريحها طيب و طعمها طيب، و مثل المؤمن الذى لا يقرأ القرآن مثل التمرة لا ريح لها و طعمها حلو، و مثل المنافق الذى يقرأ القرآن مثل الريحانة ريحها طيب و طعمها مر، و مثل المنافق الذى لا يقرأ القرآن كمثل الحنظلة ليس لها ريح و طعمها مر)) [رواه مسلم]
"Permisalan seorang mukmin yang membaca al-quran seperti utrujah5), baunya harum dan rasanya lezat. Dan permisalan seorang mukmin yang tidak membaca al-quran semisal kurma matang yang tidak beraroma namun rasanya manis. Dan permisalan seorang munafik yang membaca al-quran seperti raihanah yang baunya wangi tapi rasanya pahit, dan permisalan seorang munafik yang tidak membaca al-quran seperti handzalah; tidak ada padanya bau dan rasanyapun pahit". (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Keterangan:
1) Perniagaan yang tidak akan merugi:
Perniagaan yang tak akan pernah binasa dan tak akan pernah rusak.
2) As-Safarah:
Malaikat Pencatat.
3)Al-Bararah:
Bentuk jamak dari (بار), yaitu المطيع=yang ta'at (kepada Allah).
As-Safaratul Kiraamul Bararah:
Malaikat pencatat yang mulia lagi ta'at kepada Allah.
4) Abu Musa Al-Asy'ari:
Nama beliau adalah Abdullah bin Qais, dinasabkan kepada Al-Asy'ari, nenek moyang dari kabilah tersebut.
5) Al-Utrujah:
Dengan mendhommahkan huruf ء dan ر, dan itulah yang ma'ruf. Berkata Al-Jauhari ➡ berkata Abu Zaid :
" disebut juga turunjah (ترنجة)".
Dan di dalam Shahih Al-Bukhari Kitabul Ath'imah tentang hadits ini:
(مثل الأترنجة)
"Seperti utrunjah".
#Penjelasan_Bab_1
Allah Taala berfirman:
﴿إن الذين يتلون كتاب الله و أقاموا الصلاة و أنفقوا مما رزقناهم سرا و علانية يرجون تجارة لن تبور﴾
"Sesungguhnya orang² yang membaca kitabullah, dan mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian dari apa² yang Kami rezkikan kepada mereka baik secara sembunyi² maupun terang²an karena mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi." (QS Faathir:29-30)
Perniagaan yang tidak akan merugi yaitu perniagaan yang tidak akan pernah binasa dan tak akan pernah rusak.
Berkata Ibnu Katsir رحمه الله:
"Allah Ta'ala mengabarkan tentang hamba²Nya yang beriman yang mereka membaca kitab-Nya, mengimaninya dan mengamalkan apa yang ada di dalamnya berupa perintah untuk mendirikan shalat dan menginfakkan apa² yang Allah rizkikan kepada mereka pada waktu² yang disyariatkan di siang maupun malam, baik secara sembunyi² maupun terang²an.
﴾يرجون تجارة لن تبور﴿
" Mereka mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi"
Yakni mereka mengharapkan pahala di sisi Allah yang hasilnya pasti nyata. Sebagaimana telah disebutkan di awal tafsir mengenai keutamaan² al-quran; bahwa Al-qur`an berkata kepada pembacanya:
"Sesungguhnya setiap pedagang berada di balik perniagaannya, dan sesungguhnya kamu pada hari ini berada di balik segala perniagaan."
Dan oleh karena ini Allah Ta'ala berfirman:
﴾ليوفيهم أجورهم و يزيدهم من فضله، إنه غفور شكور﴿
"Agar Allah menyempurnakan pahala kepada mereka dan menambahkan kepada mereka berupa keutamaan dari-Nya, sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun Lagi Maha Mensyukuri."
﴾ليوفيهم أجورهم و يزيدهم من فضله﴿
"Agar Allah menyempurnakan pahala kepada mereka dan menambahkan kepada mereka berupa keutamaan dari-Nya."
Yakni:
Agar Allah menyempurnakan pahala dari apa² yang telah mereka perbuat dan melipatgandakannya untuk mereka berbagai tambahan (bonus² pahala) yang tak pernah terbayangkan oleh mereka.
﴾إنه غفور﴿
"Sesungguhnya Dia Maha Pengampun"
Yakni Maha Mengampuni dosa² mereka.
﴾شكور﴿
"Maha Mensyukuri"
Yakni Mensyukuri sedikit dari amalan² mereka.
Berkata Qatadah :
"Dahulu Mutharrif رحمه الله apabila membaca ayat ini, ia mengatakan, " ini adalah ayatnya para qari' ".
Berkata Al-Imam Ahmad:
" Telah menceritakan kepada kami Abu Abdirrahman; telah menceritakan kepada kami Haiwah; telah menceritakan kepada kami Salim bin Ghailan bahwasanya dia mendengar secara berturut² Abu As-Samhi menceritakan dari Abul Haitsam dari Abu Sa'id Al-Khudri رضي الله عنه bahwasanya ia mendengar ia mendengar Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda,
((إن الله تعالى إذا رضي عن العبد أثنى عليه سبعة أصناف من الخير لم يعمله، و إذا سخط على العبد أثنى عليه سبعة أصناف من الشر لم يعمله، غريب جدا))
"Sesungguhnya Allah Ta'ala apabila telah meridhai seorang hamba, maka Dia akan membalasnya dengan 7 macam kebaikan yang belum pernah dia lakukan, dan apabila Allah telah murka kepada seorang hamba, maka Dia akan membalasnya dengan 7 macam kejelekan yang belum pernah dilakukannya. Luar biasa..! "
Berkata Al-Imam Al-Muhaddits Al-'Allamah Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani رحمه الله di dalam As-Silsilah Ash-Shahihah (hadits no.1173), ketika beliau menta'liq hadits yang diriwayatkan oleh Abu Abdirrohman As-Salami dari Utsman bin 'Affan secara marfu':
((خيركم من تعلم القرآن و علمه))
"Sebaik² kalian adalah orang yang mempelajari Al-quran dan mengajarkannya."
"Dan didalam hadits ini terdapat isyarat untuk mempelajari Al-quran, dan bahwasanya sebaik² para pengajar adalah pengajar Al-quran, dan bahwasanya sebaik² apa yang dipelajari oleh seseorang adalah pelajaran tentang Al-quran.
Maka seandainya saja para thullabul 'ilmi mempelajarinya, karena didalamnya terdapat manfaat yang agung.
Dan sesungguhnya diantara musibah yang telah merata di zaman kita ini bahwasanya engkau mendapati kebanyakan dari para du'at dan para pemula dari kalangan thullabul 'ilmi yang mengambil bagian dalam dakwah, fatwa, serta menjawab pertanyaan² manusia dalam keadaan bacaan Al-Fatihahnya belum benar dari sisi makhroj² yg shahih pada setiap huruf. Maka engkaupun melihatnya mengucapkan س menjadi ض, dan ط menjadi ت, dan ذ menjadi ز, dan ث menjadi س. Dia juga terjatuh pada lahn jaly, apalagi lahn khafy.
Yang wajib - dan itu pasti - untuk dia memperbaiki bacaan Al-quran dari hafalannya, supaya benar ketika mengeluarkan ayat² dan ketika berdalil dengannya baik dalam nasehat²nya, pelajaran²nya maupun dakwahnya.
Engkaupun melihat dirinya tersibukkan dalam mentashih dan mentadh'if (hadits²), membantah para ulama dan mentarjih diantara mereka, dan kamupun senantiasa mendengar darinya kata² yg itu lebih tinggi dari tingkatan orang yang diatasnya, maka kaupun menyaksikannya mengatakan, "saya berpendapat", " aku katakan", "pendapatku dalam masalah ini" dan "pendapat yang rajih disisiku demikian....".
Dan diantara perkara yang paling mengherankan bahwasanya engkau mendapati semisal mereka ini tidaklah berbicara tentang masalah² yang telah disepakati, bahkan senantiasa -kecuali yang dirahmati Allah- berbicara tentang masalah² khilaf sampai² dia "menurunkan timbanya" kedalamnya, dan jika engkau menyelisihinya dalam hal itu, engkaupun melihatnya mulai mentarjih diantara berbagai pendapat.
Aku berlindung kepada Allah dari perbuatan riya, senang berbuat sum'ah, dan ingin tenar.
Dan akupun menasehati diriku sendiri pertama, dan orang² tersebut yang kedua; bahwasanya sebaik² apa yang seorang thalibul 'ilmi memulai dengannya yaitu menghafalkan Al-quran, berdasarkan firman-Nya Ta'ala,
﴾و ذكر بالقرآن من يخاف وعيد﴿
"Dan ingatkanlah orang yang takut terhadap ancaman-Ku dengan Al-qur`an."
Shalawat Allah dan salam semoga senantiasa tercurah atas nabi kita Muhammad dan atas keluarganya dan para shahabatnya dan semoga tercurahkan salam sebenar²nya salam (atas mereka)."
🍞🍛☕️
Berkata Penulis kitab Mirqaatul Mafaatiih Syarh Misykaatul Mashaabiih ketika menjelaskan hadits ini:
"Dari Utsman رضي الله عنه berkata, Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda:
((خيركم من تعلم القرآن و علمه))
" Sebaik² kalian adalah orang yang mempelajari Al-quran dan mengajarkannya". (HR Al-Bukhari)
((خيركم ))
"Sebaik² kalian"
Yakni "Wahai sekalian para qari' !" atau "wahai sekalian umat!" yaitu "Seutama² kalian" adalah sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat:
((من تعلم القرآن))
"Orang yang mempelajari Al-quran"
Yakni sungguh² dalam mempelajarinya.
((و علمه))
"Dan yang mengajarkannya".
Yaitu mengajarkannya, dan hal ini takkan bisa terwujud kecuali dengan cara menguasai ilmu² syar'i baik ushul maupun furu'nya bersama tambahan² ilmu² Al-quran serta faidah² pengetahuan² yg teratas. Dan orang semisal ini terhitung sempurna dari sisi dirinya sendiri, menyempurnakan dari sisi orang² selain dia, maka dialah yang paling utama dari kalangan kaum mukminin secara mutlak.
Dan oleh karena ini telah warid (riwayat) dari 'Isa عليه الصلاة و السلام ,
" Barangsiapa yang berilmu dan beramal lalu mengajarkan, maka dia akan disebut² di kalangan para malaikat dengan sebutan yang mulia, dan sosok yang paling sempurna dari jenis ini dialah Nabi (Muhammad) صلى الله عليه و سلم kemudian yang serupa dengannya, kemudian yang serupa dengannya, dan tingkatan yang paling bawahnya adalah orang yang faqih terhadap al-kitab (Al-quran)."
Wallaahu A'lamu Bish-Shawaab.
Dan berkata At-Thiibi:
"Yakni sebaik² manusia berdasarkan proses belajar dan mengajar adalah orang yang mempelajari Al-quran kemudian mengajarkannya".
Dan berkata Miirak رحمه الله:
" Yakni orang yang terbaik diantara kalian, karena keberadaannya sebagai pengajar sekaligus pelajar (Al-quran). "
Aku katakan:
🥝"Setiap yang termasuk dalam kategori pengajar dan pelajar ibarat buruan dalam perut keledai liar.. Dan tidaklah samar bahwasanya sebuah amalan muncul dari keduanya (yaitu belajar dan mengajar) disebabkan ilmu bila tidak mewariskan amalan maka itu bukanlah ilmu didalam syariat. (Kaum muslimin) telah bersepakat tentang orang yang memaksiati Allah maka dia tergolong jahil (bodoh).
Bersamaan dengan itu pernah ditanyakan kepada Al-Imam Ahmad,
" Sampai kapan harus berilmu sementara dimanakah (waktu untuk) beramal?"
Maka beliau menjawab,
"(Kapanpun) kami mengilmui, (ketika itu pula kami) mengamalkan."
Kemudian yang khithob (yang diajak bicara dalam hadits Utsman ini) adalah umum mencakup semua tidak hanya terkhusus untuk para shahabat saja. Karena itu dikatakan; seandainya yang dikhususkan dalam hadits ini adalah mereka (para shahabat) saja, tentunya yang selain mereka lebih² pantas lagi sementara Al-quran mencakup semuanya, baik keseluruhan maupun sebagiannya.
Makna yang kedua yang dimaukan disini adalah dari sisi bahwasanya barangsiapa yang didapati padanya pembelajaran serta pengajaran walaupun hanya satu ayat saja lebih baik dibandingkan orang yang tidak melakukannya sama sekali. Sisi kebaikannya diketahui dari hadits shahih:
((من قرأ القرآن فقد أدرج النبوة بين جنبيه غير أنه لا يوحى إليه))
"Barangsiapa yang membaca Al-quran maka sungguh dia telah mencapai derajat nubuwwah diantara kedua lambungnya, hanya saja bedanya tidak diturunkan wahyu padanya."
Dan hadits shahih:
((أهل القرآن هم أهل الله و خاصته))
"Ahlul qur'an, mereka adalah keluarga Allah dan orang² khusus-Nya".
Kesimpulannya:
Bahwasanya apabila sebaik² ucapan adalah kalamullaah maka demikian pula sebaik² manusia setelah para nabi adalah orang yang mempelajari Al-quran dan mengajarkannya. Namun, yang perlu ditekankan: belajar dan mengajarkan dengan ikhlas."
Berkata Al-Imam An-Nawawi رحمه الله dalam (Majmu') Al-Fatawa:
"Mengajarkan perkara yang wajib dari Al-quran dan fiqih adalah sama nilai keutamaannya, adapun tambahan dari perkara yang wajib, maka fiqih lebih utama.." selesai perkataanya.
Pada apa yang beliau katakan; (terdapat hal yang membutuhkan) peninjauan lebih jelas, bersamaan dengan itu peninjauan itu terputus oleh generalisasi yang salah, dikarenakan mempelajari perkara yang wajib dari Al-quran merupakan ilmu yang bersifat yakini (pasti) sedangkan fiqih bersifat dzonni (dugaan), maka bagaimana bisa keduanya sama dalam hal keutamaan sedangkan fiqih hanyalah menjadi utama disebabkan keberadaannya sebagai makna / penafsiran dari Al-quran, sehingga (perkataan imam An-Nawawi ini) tidak diambil.
Ya, tidak ada keraguan bahwasanya mengilmui makna Al-quran itu lebih utama dari sekedar mengilmui lafadzhnya dan bahwasanya yang dimaukan (dari ucapan beliau) dengan perkara yang wajib dari Al-quran adalah mempelajari surat Al-Fatihah -misalnya-, karena (membaca) surat Al-Fatihah (dalam shalat) merupakan rukun (shalat) menurut madzhab beliau. (Adapun perkara wajib) dalam ilmu fiqih yaitu mengetahui bahwa ruku' termasuk salah satu rukun (shalat) -misalnya- , maka keduanya (ilmu Al-qur`an dan fiqih) juga tidaklah sama ditinjau dari beberapa sisi. Wallaahu A'lam.”
🍦🍣🍨
Penulis kitab Akhlaaq Hamalatil Qur'an yakni Al-Imam Abu Bakr Al-Bagdadi Al-Ajurri رحمه الله ketika menafsirkan ayat,
﴾الذين ءاتيناهم الكتاب يتلونه حق تلاوته أولئك يؤمنون به، و من يكفر به فأولئك هم الخاسرون﴿
"Orang² yang telah Kami berikan Al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya; maka mereka itulah orang² yang merugi." (QS Al-Baqarah: 121)
Beliau lalu membawakan hadits yang terdapat didalam Ash-Shahihain dari 'Aisyah رضي الله عنها bahwasanya Nabi صلى الله عليه و سلم bersabda,
((الذي يقرأ القرآن و هو ماهر به مع الكرام السفرة، و الذي يقرأ القرآن و هو شاق له أجران))
"Orang yang membaca Al-quran dalam keadaan mahir, maka dia bersama Al-Kiraam As-Safarah. Dan orang yang membaca Al-quran dalam keadaan susah payah, maka baginya 2 pahala"
Dan didalam riwayat lain,
((و هو يتتعتع فيه))
"Dalam keadaan terbata²".
Yakni; susah payah baginya saat membaca Al-quran.
Maka perkataannya (صلى الله عليه و سلم):
((و هو ماهر به))
" dalam keadaan mahir".
Al-Mahir (orang yang mahir) yakni pembaca yang pandai, mutqin (sempurna), dhobith (teliti) ketika melantunkan ayat² al-qur'anul karim, dan tidak sulit baginya bacaan ayat surat maupun ayat per ayat.
Maka (dari sini) dikenal hukum² yang berkaitan dengan lafadzh² pada kata² al-hasan (baik), al-jaudah (bagus/di atas tingkatan hasan), adh-dhobith (cermat/teliti), dan al-itqon (sempurna). Oleh karena ini bila mereka mengatakan— "(bacaan) qari' itu jayyidan" (maka berarti): Qori' tsb mutqin atau muharrar (lulus). Sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Jazari didalam kitabnya "Ghoyatun Nihayah" ketika menerangkan didalamnya sebanyak kira² 5000 nama dari nama² Al-quran, sejak masa silam sampai pada zaman beliau, adapun beliau sendiri wafat pada tahun 832 H.
Demikian pula Adz-Dzahabi telah menulis dalam "Thobaqaatul Qurra' " dan menyebutkan didalamnya (tentang) sejumlah besar dari kalangan para qurra' (bahwa) mereka menilai "qari' yang pandai" dengan "dhabith—mutqin—muharrar", dan yang menegakkan huruf² dengan ketentuan (pengucapan bahasa) Arab yang shahih, serta mengeluarkan setiap huruf dari makhrajnya, maka inilah makna dari " Al-Mahir", sama saja apakah ketika waqof (berhenti) maupun ibtida' (memulai), ataupun apa saja yang berkaitan dengan macam² qiro'ah dari hukum² tajwid.
Maka; yang mahir membaca lagi mutqin, hafidz serta dhobith pada tilawah (Al-quran) nya, telah datang dalam hadits ini tentang balasan yang akan diperolehnya dan kedudukan yang khusus baginya serta ketinggian (derajat) yang akan dicapai olehnya yaitu dia bersama al-kiraam as-safarah, dan dalam riwayat lain disebut juga ((البررة)).
Al-Kiraam As-Safarah; mereka adalah para malaikat.
🍭"As-Safarah": mereka adalah mereka adalah para utusan yang datang dari sisi Allah Ta'ala kepada para nabi dengan membawa risalah², maka para malaikat -عليهم السلام- mereka adalah para utusan Allah kepada nabi²Nya, dan dikarenakan mereka melakukan perjalanan/bersafar antara Allah dan antara para nabi, Allah Ta'ala memikulkan amanah kepada mereka yang kemudian amanah itu diwahyukan kepada nabi.
Dan dikatakan:
"Sesungguhnya mereka dinamakan " safarah" dikarenakan mereka melakukan safar kepada manusia dengan (membawa) risalah² dari Allah, dan dikarenakan mereka turun dengan wahyu dari sisi Allah, maka mereka adalah para musafir Allah kepada para nabi, untuk menyampaikan risalah² dari Allah.
Dan kebersamaan yang (disebutkan) didalam hadits ini,
((مع الكرام السفرة))
Berkata ahlul 'ilmi:
"Sesungguhnya hal itu mencakup bahwasanya bagi pembaca Al-quran ada kedudukan² yang didalamnya dia akan berkumpul bersama para malaikat, yang mereka itu adalah As-Safarah karena sifatnya seperti sifat² mereka, karena mereka (As-Safarah) yang membawa kitabullah, membawa Al-quran ini dan menyampaikannya, lalu Jibril membawanya dan menyampaikannya kepada Nabi عليه الصلاة و السلام. Adapun seorang pembaca Al-quran membawa Al-qur`an ini kedalam lambungnya., menghafalkannya, dan disitu ada kemiripan dengan As-Safarah ini dalam keadaan mereka adalah malaikat, sedangkan dia (si pembaca Al-quran) beramal dengan amalan mereka (para malaikat), menempuh jalan mereka, bersifat dengan sifat mereka, dan barangsiapa yang bersifat dengan sifat² dari suatu kaum, maka dia bersama mereka.
Dan seseorang akan dikumpulkan bersama siapa yang ia cintai, oleh karena ini hadits ini mensifati para qurra' yang mahir, haafidz dan mutqin bahwasanya mereka bersama As-Safarah Al-Kiraam Al-Bararah,
🍭dan (para malaikat itu juga) dinamakan al-bararah -sebagaimana dalam sebagian riwayat- dikarenakan mereka diatas keta'atan, karena al-birr adalah keta'atan kepada Allah Ta'ala.
Dan sungguh hadits ini telah menjelaskan keutamaan orang mahir dalam tilawah (Al-quran), apa yang ia dapatkan berupa pahala. Juga apa² yang diperoleh qari' yang kesulitan dalam qiro'ah serta terbata², dan juga apa² yang diperolehnya berupa pahala, sehingga (nabi) mengatakan:
((له أجران))
"Dia mendapatkan 2 pahala".
Adapun kelompok pertama, beliau tidak menyebutkan sesuatupun kecuali hanya:
((مع السفرة الكرام البررة))
" Bersama As-Safarah Al-Kiraam Al-Bararah".
Dan tidaklah makna (ucapan nabi) ini berarti bahwa orang yang membaca Al-quran dalam keadaan berat memperoleh lebih banyak pahala daripada orang yang mahir tilawahnya, karena sesungguhnya yang mahir tilawahnya mendapatkan pahala yang berbilang lagi banyak.
Pahala² ini didapat bahwasanya dia dan para malaikat berada dalam satu kebersamaan, yang Allah Ta'ala telah menyebut mereka dalam surat 'Abasa:
﴾في صحف مكرمة، مرفوعة مطهرة، بأيدي سفرة، كرام بررة﴿
"Didalam kitab² yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan, di tangan (para malaikat) Safarah Kiraam Bararah" (QS 'Abasa:13-16)
Dalam keadaan mereka adalah para malaikat; sebab orang yang haafidz, mutqin, dhabith lagi mahir tidaklah mungkin pahalanya lebih sedikit dari orang yang di bawahnya, tidak mungkin pula orang yang di bawahnya mendapatkan pahala yang lebih banyak daripadanya, bahkan ia memperoleh pahala yang lebih banyak.
Maka tidaklah dipahami (dari hadits) ini bahwasanya orang yang membaca Al-quran dengan itqan dan dhabith hanya mendapatkan satu pahala sedangkan orang yang terbata² membaca Al-quran mendapatkan 2 pahala. Bahkan orang yang mahir (mendapatkan) lebih dari 2 pahala bahkan ditambah untuknya berupa pahala² yang sangat banyak jumlahnya, dan ini merupakan keutamaan dari Allah yang Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki dari para hamba-Nya.
Kemudian Penulis menyebutkan sebuah atsar dari 'Isa bin Yunus, ia berkata:
"Dan berkata Bisyr bin Al-Harits"
Dan Bisyr bin Al-Harits adalah seorang yang tsiqoh, ia wafat pada tahun 227 H, dan dia adalah seorang ahli ibadah yang zuhud, seorang 'alim yang mengumpulkan antara keikhlasan, wara' dan ketakwaan.
Penulis melanjutkan (perkataan Bisyr bin Al-Harits):
"Aku mendengar'Isa bin Yunus"
Dan 'Isa bin Yunus adalah Ibnu Abi Ishaq As-Subai'i, wafat pada tahun 187 H, dia adalah seorang yang tsiqoh, (kuat dalam ber)hujjah, haafidz, dan dia adalah cucu dari Al-Imam Abu Ishaq As-Subai'i, seorang ahli hadits yang masyhur, namanya 'Amr bin Abdillah bin Abi Ishaq As-Subai'i yang wafat pada tahun 129 H, sedangkan yang ini adalah cucunya, sehingga mereka adalah 'rumahnya' ilmu dan ahli hadits.
Dan dikatakan tentang Abu Ishaq As-Subai'i:
"Sesungguhnya dia tercampur (hafalannya) di akhir hayatnya".
Akan tetapi yang benar adalah apa yang dinyatakan oleh sebagian ahlul ilmi bahwasanya dia tidak tercampur (hafalannya) di akhir hayatnya.
Dia ('Isa bin Yunus) mengatakan,
" Apabila seorang hamba mengkhatamkan Al-quran, akan disajikan sebuah kerajaan diantara kedua matanya".
Dan ini juga termasuk keutamaan yang agung yang diperoleh seorang pembaca Al-quran, dan atsar ini mauquf dari 'Isa bin Yunus As-Subai'i.
Sehingga apabila kemuliaan bisa ini dicapai oleh seorang pembaca Al-quran, maka yang lebih pantas untuknya untuk memakmurkan hidupnya dengan Al-qur`an ini, dan untuk mengikhlaskan tilawahnya hanya kepada Allah Ta'ala, dan mendekatkan diri kepada Allah dengan tilawahnya itu, dan agar supaya dia menjadi istimewa dalam kehidupannya dari segenap manusia.
Apabila dia mengetahui bahwa dia akan berada bersama para malaikat, bersama para As-Safarah Al-Kiraam Al-Bararah, dan bahwa dia akan mencapai keutamaan yang mulia ini, maka sudah sepantasnya untuk dia mengistimewakan kehidupannya, dan mengkhususkannya, tidak sebagaimana (keadaan) sebagian manusia.
🍟🍈🍥
Dalam syarh kitab Misykaatul Mashaabiih pada hasyiah (catatan) nomor 12112 dijelaskan tentang hadits ini:
"Dan dari 'Aisyah رضي الله عنها berkata, bersabda Rasulullah صلى الله عليه و سلم :
((الماهر بالقرآن ))
" Orang yang mahir membaca Al-quran "
Yaitu Al-Haadziq (yang pandai), dari al-mahaarah (kemahiran), dan (kemahiran) adalah kepandaian, bisa berupa bagus hafalannya, atau bagus lantunannya, ataupun keduanya, atau yang lebih umum dari itu.
Berkata Ath-Thiibi:
"(Al-Mahir) yaitu yang sempurna hafalannya yang tidak ragu-ragu dalam qiro'ah dan tidak sukar baginya (saat membaca)."
Berkata Al-Ju'airi ketika mensifati para imam ahli qiro'ah:
"Setiap orang yang mutqin dalam menghafal Al-quran, selalu terus mempelajarinya beserta hukum² tajwid pada lafadzh²nya, ilmu² (alqur'an baik ilmu) dasar maupun ilmu² pasti, peletakan riwayat qiro'ahnya, bentuk² i'robnya beserta dialeknya, memahami arti etimologi (asal kata) dan tashrifnya, kokoh dalam masalah naasikh dan mansuukh, dan mengambil sebanyak²nya dari tafsir beserta takwilnya, menjaga penukilannya dari (menggunakan) ra'yu/akal, menyingkirkan perumpamaan² Arab, mencukupkan dirinya dengan sunnah, memuliakan dirinya dengan kewibawaan, melimpahi dirinya dengan rasa malu, dan dia adalah seorang yang adil, mawas diri, wara', berpaling dari dunia, menghadapkan (diri)nya kepada kehidupan akhirat, mendekat kepada Allah, sehingga dialah imam tempat rujukan (umat), terpercaya, ucapan²nya diikuti dan perilakunya dijadikan suri teladan."
((مع السفرة))
" Bersama As-Safarah "
As-Safarah jamak dari Saafir (سافر), mereka adalah para utusan kepada manusia dengan membawa risalah² dari Allah Ta'ala. Dan dikatakan,
"As-Safarah adalah (malaikat) pencatat", (sebagaimana) disebutkan oleh Ath-Thiibi.
Dan berkata Miirak,
" Yakni pencatat, bentuk jamak Saafir dari kata As-Safar. Dan asalnya adalah Al-Kasyfu, karena sesungguhnya seorang pencatat menerangkan apa² yang ditulis lalu menjelaskannya. Dan dari sini, al-kitab (buku) disebut juga dengan Sifrun dengan mengkasrah huruf س karena ia menyingkap hakikat² dan membukanya, dan yang dimaukan dengan "pencatat" disini yakni para malaikat yang mereka adalah pembawa al-lauhul mahfudz, sebagaimana dalam firman Allah Ta'ala:
﴾بأيدي سفرة كرام بررة﴿
"Di tangan para malaikat pencatat, yang mulia lagi berbakti."
(QS. 'Abasa:15)
Mereka dinamakan demikian dikarenakan mereka menyampaikan kitab² ilahiyyah yang diturunkan kepada para nabi, maka seakan² mereka menyalin kitab² tersebut."
Berkata Ibnul Malik:
"Dan makna yang menyeluruh diantara mereka (ahlul ilmi) yakni keberadaan (al-lauhul mahfudz) sebagai tempat penyimpanan wahyu dan merupakan kitab yang paling terpercaya".
Berkata Miirak:
" Ada yang mengatakan, yang dimaukan dengan (As-safaratul kiraamul bararah) adalah para shahabat Rasulullah صلى الله عليه وسلم disebabkan merekalah orang² yang paling pertama kali menyalin Al-quran. Dan ada pula yang mengatakan bahwa As-Safarah adalah para malaikat yang mencatat amalan² para hamba, atau dari kata As-Sifaar yang bermakna "perantara (perdamaian)", maka yang dimaukan dengan mereka ketika ini yakni para malaikat yang turun dengan perintah dari Allah dengan (membawa) apa² yang didalamnya terdapat maslahat para hamba berupa penjagaan untuk mereka dari berbagai bahaya dan kemaksiatan, dan mengilhamkan kebaikan kepada mereka dari dalam hati² mereka".
Berkata Al-Qaadhi 'Iyaadh:
" kemungkinan yang dimaukan dengan keberadaannya (orang yang mahir membaca Al-quran) bersama para malaikat yaitu nanti ketika di akhirat dia akan memperoleh berbagai kedudukan yang diantaranya disitu adalah menjadi kawan untuk para malaikat disebabkan pensifatan dirinya dengan sifat mereka berupa membawa kitabullah Ta`ala.
Dan kemungkinan juga yang dimaukan bahwasanya dia beramal dengan amalan mereka dan menempuh jalan mereka yang mana mereka menjaga kitabullah dan menyampaikannya kepada orang² mukmin serta menyingkap untuk mereka apa² yang rancu atas mereka."
Maka sebagaimana "Al-Mahir"; " Al-Kiraam " adalah bentuk jamak dari "Al-Kariim", yakni "yang dimuliakan Allah serta didekatkan kepada maula-Nya sebab karena kesucian mereka dan jauhnya mereka dari kotoran maksiat dan pembangkangan.
" Al-Bararah " adalah bentuk jamak dari "Baarr" (بار) yakni "al-muhsin" (yang berbuat baik).
Dan berkata Ath-Thiibi:
"Yaitu mereka yang taat, dari (asal kata) " al-birr" yakni "الطاعة" (keta'atan)."
Dia (Al--Mahir) bersama bersama para malaikat pada kedudukan² di akhirat karena pensifatannya seperti sifat mereka yaitu membawa kitabullah, dan mungkin juga yang dimaksud adalah dia beramal dengan amalan mereka dan menempuh jalan mereka dalam hal penjagaan terhadap al-quran dan menyampaikannya kepada orang² mukmin.
((و الذي يقرأ القرآن و يتتعتع فيه))
"Dan yang membaca al-quran dengan terbata²"
Yakni gagap dan kaku lisannya, dan dia tertahan pada qiro'ahnya karena tiadanya kemahiran padanya. terbata² dan gagap dalam ucapan merupakan bagian dari حصر/عي (gagap atau gagu).
Dikatakan; terbata² lisannya ketika dia hendak berhenti mengucapkan perkataan namun tidak dituruti oleh lidahnya.
((و هو))
"Sedangkan ia"
Yakni Al-quran.
Yaitu lancarnya atau terbata²nya dalam (membaca)nya.
((عليه))
"Atasnya"
Yakni atas si qari' tersebut.
((شاق))
"Sulit"
Yakni kuatnya kesulitan yang menimpanya.
Jumlah haaliyah ((له أجران ))
"Maka baginya 2 pahala".
Yaitu pahala untuk qiro'ahnya dan pahala atas tanggungan kesulitannya. Dan ini sebagai pendorong atasnya dalam qiro'ah. Dan bukanlah maknanya bahwasanya orang yang terbata² dalam membaca Al-quran mendapatkan pahala yang lebih banyak dari yang mahir, bahkan yang mahir lebih utama dan lebih banyak pahalanya, yakni dimana dia bersama As-Safarah dan baginya pahala yang banyak dari sisi dia berjalan diatas jalannya para malaikat yang didekatkan atau para nabi dan rasul² atau para sahabat yang didekatkan.
Hadits ini muttafaqun 'alayhi dan diriwayatkan juga oleh imam yang empat."
Asy-Syaikh Abdullah bin Abdul 'Aziz bin Baaz رحمه الله menjelaskan hadits ini dalam Syarh Riyaadhis Shalihin:
"(Rasulullah) صلى الله عليه و سلم bersabda,
((الماهر بالقرآن مع السفرة الكرام البررة))
" Orang yang mahir membaca al-quran, maka dia bersama As-Safarah Al-Kiraam Al-Bararah "
Orang yang membaca al-quran dengan mahir, memperbagus qiro'ahnya, menghafalkan Al-quran dengan baik, maka dia bersama As-Safarah Al-Kiraam Al-Bararah, yakni apabila membacanya baik secara ucapan maupun amalan, tidak semata² hanya sekedar tilawah saja, (namun) dia memperbagus tilawahnya, beramal dengannya, maka (berarti) dia (dengan demikian) telah menunaikan (Al-quran) dari sisi lafadzh maupun makna.
((و الذي يقرأ القرآن و هو عليه شاق و يتتعتع فيه له أجران))
"Dan orang yang membaca al-quran sedangkan Al-quran itu berat baginya dan dia terbata² didalam (membaca)nya, maka dia mendapatkan 2 pahala".
Ini juga merupakan keutamaan dari Allah. Maka seorang insan yang membacanya dengan disertai niat yang baik dan dia menginginkan (dengan membaca al-quran itu) untuk mendapatkan faidah dan ilmu sedangkan dia terbata² ketika (membaca)nya, maka baginya 2 pahala:
🍎pahala qiro'ah, dan
🍎pahala untuk usaha serta kepayahannya.
Maka sudah sepantasnya bagimu wahai hamba Allah untuk engkau menjaga Al-quran, dan bersemangat dalam menghafal apa² yang mudah darinya, dan agar engkau bersungguh² dalam mengilmui maknanya, dan beramal dengan apa² yang ditunjukkan oleh makna (Al-qur`an) tersebut."
🍑🍕🍦
Dan dari Abu Musa Al-Asy'ari رضي الله عنه berkata, berkata Rasulullah صلى الله عليه و سلم,
((مثل المؤمن الذي يقرأ القرآن مثل الأترجة ريحها طيب و طعمها طيب، و مثل المؤمن الذي لا يقرأ القرآن كمثل التمرة لا ريح لها و طعمها حلو، و مثل المنافق الذي يقرأ القرآن كمثل الريحانة، ريحها طيب و طعمها مر، و مثل المنافق الذي لا يقرأ القرآن كمثل الحنظلة؛ ليس لها ريح و طعمها مر))
"Permisalan seorang mukmin yang membaca Al-quran seperti permisalan buah utrujah; aromanya wangi dan rasanya lezat. Dan permisalan seorang mukmin yang tidak membaca Al-quran seperti permisalan kurma matang; tak ada aroma padanya dan rasanya manis. Dan permisalan seorang munafik yang membaca al-quran seperti raihanah; aromanya wangi namun rasanya pahit. Sedangkan permisalan seorang munafik yang tidak membaca al-quran seperti permisalan buah handzolah, tak ada aroma padanya dan rasanya pahit".
(HR Al-Bukhari dan Muslim)
Asy-Syaikh Abdullah bin Abdul 'Aziz رحمه الله menjelaskan dalam Syarh Riyaadhis Shalihin:
" Dan didalam hadits Abu Musa; (Nabi) صلى الله عليه و سلم bersabda,
((إن المؤمن الذي يقرأ القرآن كالأترجة، طعمها طيب، و ريحها طيب، و الذي لا يقرأ القرآن كالتمرة، طعمها طيب، و ليس لها ريح))
"Sesungguhnya (permisalan) seorang mukmin yang membaca al-quran seperti utrujah; rasanya lezat dan aromanya wangi. Dan (permisalan seorang mukmin) yang tidak membaca al-quran seperti tamar (kurma matang); rasanya lezat tapi tidak memiliki aroma".
Maka seorang mukmin seluruh (keadaannya) baik, (baik yang) membaca (al-quran) maupun yang tidak membacanya, seluruhnya baik. Akan tetapi, (seorang mukmin) yang membaca al-quran; dia mempunyai urusan yang mulia, (yakni):
Mengajarkan kepada manusia, membimbing manusia, menyeru kepada Allah.
Maka dia bagaikan utrujjah, rasanya lezat, aromanya wangi.
Dan (mukmin) yang tidak membaca al-quran ibarat tamar, rasanya lezat, bergizi, bermanfaat (bagi tubuh), namun tidak memiliki aroma, disebabkan dia tidak memiliki ilmu (yang bisa ia) ajarkan kepada manusia.
Adapun orang munafik yang membaca (al-quran), dia seperti raihanah, memiliki aroma namun rasanya pahit. Maka padanya ada aroma yang sampai dari al-quran, (yaitu aroma yang) wangi, dan apa² yang terdengar (oleh telinga) berupa (bacaan) al-quran adalah lezat, namun batinnya (orang munafik itu) jelek sedangkan apa² yang dia nampakkan dari al-quran itu lezat.
Dan al-quran itu seluruhnya adalah kebaikan. Akan tetapi batinnya (orang munafik itu) dan aqidahnya jelek, seperti handzalah.
Dan oleh karena ini, maka sesungguhnya (seorang munafik) yang tidak membaca al-quran ibarat handzalah, rasanya pahit dan tiada memiliki aroma.
Maka sudah sepantasnya bagi seorang mukmin untuk memperhatikan al-quran, dan menampakkan atsar²/pengaruh² al-quran pada dirinya baik secara ilmu maupun amalan, arahan dan bimbingan serta manfaat untuk manusia, sehingga terwujudlah permisalan ini, yaitu utrujjah dan tamar.
Dan setiap kali bertambah ilmunya dari al-quran dan bertambah pengajarannya kepada manusia; bertambah pula pahala dan keutamaannya:
((من دل على خير فله مثل أجر فاعله))
"Barangsiapa yang menunjuki satu kebaikan, maka baginya semisal pahala orang yang mengerjakannya".
Dan sebagaimana yang telah lewat dalam hadits Utsman:
((خيركم من تعلم القرآن و علمه))
" Sebaik² kalian adalah orang yang mempelajari al-qur`an dan yang mengajarkannya".
🍑🥞🍯🍮
Referensi:
1.Tafsir Alqur'anil 'Adzim, Tafsir QS Faathir Ayat 29&30
2.Silsilah Al-Ahadits Shohihah hadits no.1173
3.Mirqaatul Mafaatiih Syarh Misykaatil Mashaabiih
4.Syarh Akhlaaq Hamalatil Qur'an
5.Syarh Riyaadhus Shalihin Asy-Syaikh Abdullah bin'Abdul 'Aziz bin Baaz رحمه الله
🍒🍲🥛